Sejarah Perang Badar

Latar Belakang Perang Badar

Perang Badar merupakan pertempuran paling terkenal dalam sejarah Islam. Perang ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah atau 13 Maret 624 M (Wikipedia, 2024). Perang ini menandai konfrontasi besar pertama antara kaum Muslimin di Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW dan kaum Quraisy dari Mekah. Perang ini dinamakan Badar karena terjadi di daerah Badar, sekitar 80 mil barat daya Madinah. Setelah hijrah ke Madinah, kaum Muslimin berusaha untuk mempertahankan diri dan memperluas pengaruh Islam. Akan tetapi kaum Quraisy merasa terancam atas perkembangan Islam di Madinah. Dibawah pimpinan Kurz bin Habbab Al-Fihri kaum Quraisy terus menurus melakukan provokasi dan ancaman terhadap kaum Muslimin.

Ketika Nabi Muhammad SAW mendengar adanya rombongan kafilah dagang kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb akan melintasi Madinah dalam perjalanan pulang berdagang dari Suriah ke Mekkah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk mengawasi rombongan kafilah dagang tersebut. Tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah serangan terhadap Madinah dan sebagai tindakan balasan atas perampasan harta benda kaum Muslimin yang dilakukan kaum Quraisy di Makkah. Perintah Nabi Muhammad SAW tersebut terdengar oleh Abu Sufyan bin Harb, sehingga memaksa kafilahnya mengambil rute berbeda dan mengirim utusan ke Mekkah untuk meminta bantuan kaum Quraisy melawan kaum Muslimin. Melihat adanya perubahan rute dari kafilah dagang kaum Quraisy ini, perintah pengawasan yang diinisiasi oleh Nabi Muhammad SAW berubah menjadi perang besar yang dikenal dengan Perang Badar.

Persiapan Perang Badar

Jumlah pasukan pada perang Badar yang dipersiapkan oleh Nabi Muhammad SAW sebanyak 313 atau hingga 317 orang. Pasukan tersebut terdiri 82 hingga 86 dari Muhajirin, 61 dari Aus dan 170 dari Khazraj. Pasukan yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW ini tidak membawa perlengkapan perang yang banyak. Pasukan ini hanya membawa dua ekor kuda satu ekor milik Az-Zubair bin Al-Awwam dan satu ekor lagi milik Al-Miqdad bin Al-Aswad Al-Kindi. Selanjutnya, jumlah unta yang digunakan dalam perang ini sebanyak 70 ekor unta yang dimana satu ekor unta tunggangi dua atau tiga orang pasukan. Nabi Muhammad SAW menunggangi satu ekor unta bersama Ali bin Abu Thalib dan Martsad bin Abu Martsad Al-Ghanawi (Al-Mubarakfuri, 2021).

Selama memimpin pasukan di perang Badar Nabi Muhammad SAW mengangkat Ummi Makhtum menjadi wakilnya di Madinah. Akan tetapi, setibanya pasukan didaerah Ar-Rauha, Nabi Muhammad SAW memerintahkan Abu Lubabah bin Abdul Mudzir untuk kembali Ke Madinah dan menggantikan Ummi Makhtum sebagai wakilnya. Bendera komando tertinggi pasukan Muslimin berwarna putih dipegang oleh Mush’ab bin Umair Al-Qurasyi Al-Addari (Al-Mubarakfuri, 2021). Pasukan kaum Muslimin dibagi dalam dua batalion yaitu batalion Muhajirin dipimpin oleh Ali bin Abu Thalib dan batalion Anshar dipimpin oleh Sa’ad bin Mu’adz. Pada pasukan sayap kanan dipimpin oleh Az-Zubair bin Al-Awwam dan pasukan sayap kiri dipimpin oleh Al-Miqdad bin Amr (Al-Mubarakfuri, 2021). Pada titik pertahanan garis belakang dipimpin oleh Qais bin Sha’sha’ah (Al-Mubarakfuri, 2021). Sementara komando tetinggi seluruh pasukan berada ditangan Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW memilih posisi strategis yakni dekat sumur-sumur di wilayah Badar, yang memberikan keuntungan logistik dalam hal air pada pasukan Muslimin. Sebelum pertempuran dimulai, Nabi Muhammad SAW memanjatkan berdoa kepada Allah SWT untuk meraih kemenangan dan memotivasi para sahabatnya dengan janji pertolongan Allah dan surga bagi mereka yang gugur. Pertempuran dimulai dengan duel antara beberapa prajurit dari kedua belah pihak. Ali bin Abi Thalib, Hamzah bin Abdul Muthalib, dan Ubaidah bin Al-Harith dari pihak Muslim menghadapi prajurit Quraisy dan memenangkan duel tersebut (Ulum, 2021). Setelah duel dilakuan, pertempuran besar pun dimulai. Meskipun jumlah kaum Muslimin lebih sedikit, mereka bertempur dengan semangat yang tinggi dan keyakinan akan pertolongan Allah SWT. Kaum Muslimin berhasil mengalahkan pasukan Quraisy dan menewaskan banyak pemimpin mereka, termasuk Abu Jahal.

Dampak Perang Badar

Kemenangan kaum Muslimin pada perang Badar sangatlah berpengaruh terhadap peningkatan moral dan kepercayaan diri serta memperkuat posisi kaum Muslimin di Madinah. Hal tersebut berbeda pada kaum Quraisy yang mengalami kekalahan, banyak kehilangan pemimpin penting mereka dan mengalami kerugian besar baik dari segi manusia maupun material. Kemenangan yang diraih kaum Muslimin banyak menarik dukungan dan simpati dari berbagai suku Arab lainnya yang mulai melihat kekuatan dan kebenaran Islam serta memperkuat posisi Nabi Muhammad SAW dalam penyebaran Islam keseluruh negeri di jazirah Arab.

Kesimpulan

Perang Badar bukan hanya sekadar pertempuran fisik, tetapi juga simbol kemenangan spiritual dan moral bagi kaum Muslimin. Pertempuran ini menunjukkan pentingnya strategi, keberanian, dan keyakinan yang teguh kepada Allah SWT. Kemenangan di perang Badar menjadi titik balik penting dalam sejarah Islam yang membuka jalan bagi penyebaran Islam lebih luas dan memperkuat fondasi negara Islam di Madinah.

Sumber Referensi

Wikipedia. (2024). Pertempuran Badar. Online. Diakses 09 Juni 2024.

Al-Mubarakfuri, S, S. (2021). Sirah Rasulullah (Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW). Jakarta Timur: Ummul Qura.

Ulum, A, R, S. (2021). Kemelut Perang di Zaman Rasulullah: Dari Perang Badar Hingga Perang Nahrawan. Jakarta: Anak Hebat Indonesia

Keterangan:

Penulis: Sulpiandi

Editor Naskah: Marcelia Virantinur

Penerbit Naskah: Martini

Copyright Wasistha Education 2024

Wasistha Education
Wasistha Education

Wasistha Education didirikan pada tahun 2024 dengan sajian konten yang ilmiah, mendidik dan inspiratif kepada pengguna. Wasistha Education memberikan ruang bagi para peneliti dan akademisi untuk berbagi hasil karyanya kepada masyarakat luas.