Latar Belakang Perang Khandaq
Perang Khandaq atau Perang Ahzab (sekutu), merupakan salah satu pertempuran terpenting dalam sejarah Islam. Perang Khandaq terjadi disekitar Madinah pada tahun 627 Masehi atau tahun ke-5 Hijriah yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW (Ulum, 2021). Setelah mengalami kekalahan dari kaum Muslimin dalam Perang Badar dan Perang Uhud, kaum Quraisy membentuk aliansi dengan beberapa suku Arab lainnya serta kaum Yahudi dari Bani Nadir dangan tujuan untuk menyerang dan menghancurkan kaum Muslim di Madinah. Salah satu penyebab utama terjadinya Perang Khandaq yaitu terjadinya pengusiran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW terhadap kaum Yahudi Bani Nadhir dari Madinah. Pengusiran tersebut terjadi karena kaum Yahudi dari Bani Nadhir telah melanggar perjanjian damai dengan kaum Muslimin, melakukan persekongkolan dengan dengan kaum Quraisy Mekah dan melakukan upaya pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW dengan cara menjatuhkan batu besar dari atas rumah mereka (Ulum, 2021). Akibat dari tindakan tersebut, Nabi Muhammad SAW memerintahkan mereka untuk meninggalkan Madinah dalam waktu sepuluh hari.
Kaum Yahudi dari Bani Nadhir yang diusir oleh Nabi Muhammad SAW menetap di Khaibar sebuah wilayah di luar kota Madinah (Ulum, 2021). Pengusiran tersebut membuat kaum Yahudi dari Bani Nadhir merasa marah dan ingin membalaskan dendam meraka kepada kaum Muslimin. Selanjutnya kaum Yahudi dari Bani Nadhir mengirimkan beberapa utusan mereka ke Mekah untuk menemui tokoh kaum Quraisy dan mengajak mereka untuk bersekutu melawan Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin. Kaum Quraisy yang juga merupakan musuh utama kaum Muslimin tidak menolak ajakan dari kaum Yahudi. Kaum Quraisy masih menyimpan rasa sakit hati karena kekalahan mereka dalam perang Badar dan perang Uhud. Kaum Quraisy juga merasa terancam oleh perkembangan Islam di Madinah dan sekitarnya. Untuk memperkuat sekutu mereka, kaum Yahudi dari Bani Nadhir dan kaum Quraisy mengajak beberapa suku Arab lain yang bermusuhan dengan kaum Muslimin. Beberapa suku yang bergabung dalam konfederasi ini antara lain adalah Bani Ghatafan, Bani Asad, Bani Sulaim, Bani Murrah, Bani Fazarah, dan Bani Ashja (Ulum, 2021).
Persiapan Perang Khandaq
Jumlah pasukan kaum Muslimin dalam Perang Khandaq berkisar sekitar 3.000 orang yang pasukan dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW (Al-Mubarakpuri, 1979). Sedangkan Jumlah pasukan sekutu sekitar 10.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb dari kaum Quraisy dan Huyay bin Akhtab dari kaum Yahudi Bani Nadhir (Al-Mubarakpuri, 1979). Setelah menyiapkan pasukan, Nabi Muhammad SAW mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah meminta pendapat mereka mengenai strategi yang tepat untuk menghadapi musuh yang jumlahnya lebih besar dari kaum Muslimin. Salman al-Farisi salah seorang sahabat yang berasal dari Persia, menyarankan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menggali parit (khandaq) disekitar Madinah sebagai benteng pertahanan. Taktik yang diusulkan oleh sahabat Salman al-Farisi ini tidak lazim di kalangan bangsa Arab.
Strategi ini diadaptasi dari strategi perang Persia, parit digali disisi utara Madinah dengan panjang kurang lebih 5,544 meter, lebar kurang lebih 4,62 meter, dan kedalaman 3,324 meter (Ulum, 2021). Penggalian parit disisi utara Madinah dilakukan dikarenakan satu-satunya sisi yang dapat diakses oleh pasukan musuh. Pada awal pertempuran, pasukan Ahzab (sekutu) melakukan pengepungan terhadap kota Madinah selama 20 hari (Watt, 1961). Selama pengepungan, pasukan Ahzab (sekutu) tidak berhasil menembus pertahanan parit yang dibuat oleh kaum Muslimin. Perang Khandaq berakhir dengan kemenangan bagi pasukan kaum Muslimin dan Nabi Muhammad SAW yang berhasil mempertahankan Kota Madinah dari serangan musuh. Salain itu salah satu insiden penting dalam Perang Khandaq adalah duel antara Ali bin Abi Thalib dan Amr bin Abd Wudd, seorang pejuang Quraisy yang berhasil menyeberangi parit (Watt, 1961). Ali bin Abi Thalib berhasil mengalahkan Amr bin Abd Wudd sehingga meningkatkan semangat juang kaum Muslimin.
Dampak Perang Khandaq
Kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Khandaq membawa hasil dan dampak besar bagi perkembangan Islam. Kaum Muslimin semakin dipandang kuat dan disegani oleh suku-suku Arab lainnya. Selain itu kekalahan sekutu membuat posisi kaum Quraisy semakin melemah, yang pada akhirnya berujung pada penaklukan Mekah beberapa tahun kemudian. Selanjutnya kemenangan ini juga memperkuat persatuan dan semangat kaum Muslimin serta menunjukkan pentingnya strategi dan persiapan dalam menghadapi musuh yang lebih besar.
Kesimpulan
Perang Khandaq menunjukkan kebijaksanaan dan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi tantangan besar. Strategi yang cerdas dan keyakinan yang kuat pada pertolongan Allah SWT akhirnya membawa kemenangan bagi kaum Muslimin dan membuktikan pentingnya persatuan dan kesabaran dalam menghadapi musuh.
Sumber Referensi
Al-Mubarakpuri, S, R. (1979). Ar-Raheeq Al-Makhtum (The Sealed Nectar): Islamic University of Al-Madinah Al-Munawwarah.
Watt, W, M. (1961). Muhammad: Prophet and Statesman. Oxford University Press.
Ulum, A, R, S. (2021). Kemelut Perang di Zaman Rasulullah: Dari Perang Badar Hingga Perang Nahrawan. Jakarta: Anak Hebat Indonesia
Keterangan:
Penulis: Sulpiandi
Editor Naskah: Marcelia Virantinur
Penerbit Naskah: Martini