Latar Belakang Perang Nejd
Perang Nejd merupakan serangkaian konflik yang terjadi di wilayah Nejd yang kini menjadi bagian dari Arab Saudi (Al-Rasheed, 2010). Perang ini jerjadi pada akhir abad ke-18 yang melibatkan Emirat Diriyah, yang dipimpin oleh dinasti Saudi pertama dan Kesultanan Utsmaniyah berserta sekutunya (Al-Rasheed, 2010). Tujuan utama dari perang ini adalah untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan dari masing-masing pihak di wilayah Semenanjung Arab (Vassiliev, 1998). Pada abad ke-18 wilayah Nejd menjadi pusat gerakan Wahhabi, sebuah gerakan Islam yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (Commins, 2006). Gerakan ini bersekutu dengan Muhammad bin Saud tokoh pendiri dinasti Saudi pertama dengan tujuan untuk menyebarluaskan ajaran Wahhabi dan memperluas kekuasaan politik dinasti Saudi (Commins, 2006). Persekutuan tersebut berhasil menguasai sebagian besar wilayah Arab Tengah termasuk kota suci Mekkah dan Madinah, yang pada akhirnya menimbulkan kekhawatiran bagi Kesultanan Utsmaniyah (Al-Rasheed, 2010).
Persiapan Perang Nejd
Muhammad bin Saud dan penerusnya, Abdulaziz bin Muhammad bin Saud, melakukan aliansi dengan suku-suku lokal di wilayah Nejd untuk memperkuat pasukan militer mereka (Vassiliev, 1998). Selain itu, dinasti Saudi mengadopsi ajaran Wahhabi sebagai ideologi resmi kerajaan untuk memperkuat semangat dan motivasi pasukan dalam berperang (Commins, 2006). Kesultanan Utsmaniyah yang merasa terancam oleh ekspansi dinasti Saudi-Wahhabi meminta bantuan dari Muhammad Ali Pasha sekutunya di Mesir (Commins, 2006). Muhammad Ali Pasha mempersiapkan pasukan besar yang dipimpin oleh putranya Ibrahim Pasha untuk menyerang dan menghancurkan kekuasaan dinasti Saudi-Wahhabi di wilayah Nejd (Al-Rasheed, 2010). Sebelum melakukan pertempuran, kedua belah pihak mempersiapkan logistik dan senjata dalam jumlah besar (Ochsenwald, 1984). Selaian mempersiapkan perlengkapan perang, kedua belah pihak juga mempersiapkan dengan matang perencanaan strategi dan pengumpulan data intelijen tentang kekuatan dan kelemahan musuh (Vassiliev, 1998).
Dampak Perang Najd
Perang Nejd memiliki dampak yang signifikan bagi wilayah Arab dan dunia Muslim secara umum. Adapun dampak tersebut sebagai berikut:
Pembentukan Negara Saudi:
Meskipun Emirat Diriyah jatuh pada tahun 1818, perang ini menandai awal dari pembentukan negara Saudi modern (Al-Rasheed, 2010). Kebangkitan kembali kekuasaan Saudi di Riyadh menjadi fondasi bagi dinasti Saudi kedua dan ketiga yang akhirnya memimpin pembentukan Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932 (Vassiliev, 1998).
Penyebaran Ajaran Wahhabi:
Ajaran Wahhabi tetap bertahan dan menjadi dasar ideologis bagi negara Saudi (Commins, 2006). Pengaruhnya menyebar luas tidak hanya di Semenanjung Arab, tetapi juga di dunia Muslim lebih luas hingga hari ini (Commins, 2006).
Kesimpulan
Perang Nejd merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam yang melibatkan konflik ideologi dan politik antara gerakan Saudi-Wahhabi dan Kesultanan Utsmaniyah sekutu. Perang ini tidak hanya sebagai dasar pembentukan negara Saudi modern hari ini, tetapi juga sebagai wadah penyebarluasan ajaran dan pemahaman Wahhabi kesuruh dunia Islam. Meskipun dinasti Saudi pertama jatuh, kebangkitan kembali mereka menunjukkan kekuatan dan pengaruh yang terus bertahan hingga saat ini.
Sumber Referensi
Al-Rasheed, M. (2010). A History of Saudi Arabia. Cambridge University Press.
Commins, D. (2006). The Wahhabi Mission and Saudi Arabia. I.B. Tauris.
Ochsenwald, W. (1984). Religion, Society, and the State in Arabia: The Hijaz under Ottoman Control, 1840-1908. Ohio State University Press.
Vassiliev, A. (1998). The History of Saudi Arabia. Saqi Books.
Keterangan:
Penulis: Sulpiandi
Editor Naskah: Marcelia Virantinur
Penerbit Naskah: Martini