Latar Belakang Khalifah Utsman bin Affan
Utsman bin Affan lahir di Mekah pada tahun 576 M dari keluarga Bani Umayyah salah satu cabang dari suku Quraisy (Al-Tabari, 1990). Utsman memiliki latar belakang keluarga kaya dan terhormat. Ayahnya Affan bin Abu Al-Ash, adalah seorang pedagang sukses dan ibunya Arwa binti Kurayz berasal dari keluarga terpandang. Utsman dikenal dengan sebutan “Dzun Nurain” (Pemilik Dua Cahaya) karena menikahi dua putri Nabi Muhammad SAW secara berurutan, yaitu Ruqayyah dan Ummu Kulthum (Al-Tabari, 1990). Sebelum memeluk Islam Utsman merupakan seorang pedagang yang sukses. Keterampilannya dalam berdagang dan pengelolaan keuangan membuatnya sangat dihormati dikalangan kaum Quraisy. Selain sukses dalam berdagang, Utsman dikenal kaum Quraisy sebagai orang yang jujur, dermawan, dan lembut hati. Utsman selalu membantu orang-orang yang membutuhkan sehingga Utsman memiliki reputasi yang baik dikalangan masyarakat Mekah.
Khalifah Utsman bin Affan Memeluk Islam
Utsman adalah salah satu dari sekian orang kelompok pertama yang memeluk Islam di awal dakwah Nabi Muhammad SAW (Sad, 1967). Utsman memeluk Islam pada usia 34 tahun atas ajakan sahabatnya Abu Bakar ash-Shiddiq (Sad, 1967). Meskipun mengalami tekanan dari keluarga atas keberaniannya memeluk Islam, menunjukkan komitmen keislamannya tersebut. Selain itu, Utsman memiliki peran penting dalam penyebaran Islam. Utsman menggunakan seluruh kekayaannya untuk mendukung dakwah-dakwah Islam.
Peran Khalifah Utsman bin Affan
Setelah memeluk Islam salah satu peran Utsman dimasa Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
Hijrah ke Habasyah dan Madinah
Utsman dan istrinya Ruqayyah adalah bagian dari kelompok kecil Muslim yang pertama kali hijrah ke Habasyah (Ethiopia) untuk menghindari penganiayaan di Mekah. Mereka kemudian kembali ke Mekah dan mengikuti hijrah kedua ke Madinah (Armstrong, 1992).
Membeli Sumur dari Orang Yahudi
Ketika kaum Muslimin mengalami tindakan monopoli sumber air oleh orang Yahudi, Utsman membeli salah satu sumur yang benama Raumah milik orang Yahudi dan mewakafkannya untuk kepentingan umat Islam (Armstrong, 1992).
Kontribusi Dalam Perang dan Ekspansi Islam
Utsman berpartisipasi dalam berbagai ekspedisi militer umat Islam dengan menyumbangkan sebagian hartanya dalam beberapa pertempuran penting seperti Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Tabuk (Al-Tabari, 1990).
Perjanjian Hudaibiyah dan Penaklukan Mekah
Utsman memiliki peran penting dalam Perjanjian Hudaibiyah, dimana dia dikirim sebagai utusan kepada kaum Quraisy. Keberaniannya dalam misi ini memperkuat posisinya di kalangan sahabat. Utsman juga turut serta dalam Penaklukan Mekah, yang menandai kemenangan besar bagi kaum Muslimin (Al-Tabari, 1990).
Utsman bin Affan Menjadi Khalifah Ketiga
Setelah terjadinya pristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 644 M, Utsman terpilih sebagai khalifah ketiga melalui proses syura (musyawarah). Masa kepemimpinan Utsman berlangsung selama 12 tahun yang terbagi menjadi dua periode: enam tahun pertama yang penuh dengan keberhasilan dan enam tahun kedua yang diwarnai oleh berbagai fitnah dan pemberontakan (Sad, 1967).
Kebijakan Pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman terdadapat beberapa kebijakan penting yang dilakukan antar lain sebagai berikut:
Kompilasi Al-Quran
Salah satu prestasi terbesar Utsman adalah kompilasi dan standarisasi mushaf Al-Quran (Al-Tabari, 1990). Melihat adanya perbedaan dalam bacaan Al-Quran di berbagai wilayah, Utsman memerintahkan untuk menyalin dan menyebarkan satu versi resmi Al-Quran ke seluruh wilayah Islam. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perpecahan lebih lanjut dan menjaga keaslian teks Al-Quran.
Ekspansi Wilayah
Di bawah kepemimpinan Utsman, wilayah kekhalifahan Islam meluas secara signifikan. Pasukan Muslim berhasil menaklukkan berbagai wilayah, termasuk Armenia, Afrika Utara, dan beberapa bagian dari Kekaisaran Persia dan Bizantium (Al-Tabari, 1990).
Administrasi dan Pembangunan
Utsman melanjutkan kebijakan perapian administrasi yang digagas oleh Khalifah Umar bin Khattab, dan memperkenalkan beberapa reformasi kebijakan seperti pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, masjid, dan saluran irigasi (Sad, 1967). Utsman juga menunjuk beberapa gubernur dari keluarganya sendiri yang kemudian menjadi salah satu sumber ketidakpuasan dan pemberontakan dikalangan masyarakat (Al-Tabari, 1990).
Khalifah Utsman bin Affan Wafat
Utsman wafat sebagai syahid pada tahun 656 M, dia dibunuh oleh para pemberontak yang mengepung rumahnya di Madinah (Watt, 1956). Kematiannya menandai awal dari periode fitnah dan kekacauan dalam sejarah Islam yang dikenal sebagai Fitnah Kubra (Fitnah Besar). Utsman dimakamkan di pemakaman Baqi’ di kota Madinah (Al-Tabari, 1990).
Pengaruh Khalifah Utsman bin Affan
Utsman dikenang sebagai tokoh yang berakhlak mulia, dermawan dan berjasa besar dalam menyebarkan serta menjaga keutuhan ajaran Islam. Utsman meninggalkan warisan yang sangat besar dalam sejarah Islam. Kebijakan kompilasi Al-Quran yang dilakukan masa pemerintahannya, menjadi salah satu kontribusi terpenting dalam menjaga keotentikan Al-Quran yang masih dirasakan hingga saat ini. Selain itu, ekspansi wilayah Islam yang dilakukan pada masa kepemimpinannya memperluas pengaruh dan penyebaran Islam ke berbagai penjuru dunia. Meskipun masa pemerintahannya diakhiri dengan tragedi, keberhasilannya dalam menyatukan teks Al-Quran dan memperluas wilayah kekhalifahan menjadi bukti kehebatannya sebagai seorang pemimpin.
Sumber Referensi
Watt, W, M. (1956). Muhammad at Medina. Clarendon Press.
Al-Tabari, M, J. (1990). History of the Prophets and Kings (Tarikh al-Tabari). Vol. 15. State University of New York Press.
Armstrong, K. (1992). Muhammad: A Biography of the Prophet. Harper Collins.
Sad, Ibn. (1967). Kitab al-Tabaqat al-Kabir. Vol. 3. University of Chicago Press.
Keterangan:
Penulis: Sulpiandi
Editor Naskah: Marcelia Virantinur
Penerbit Naskah: Martini